Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semut dan Dua Sisi Koin


Di pagi hening kuintip hidup,
seekor semut jatuh di lubuk sunyi—
di dasar putih, tanpa harap,
berjuang di tengah deras air yang dingin.

Aku hanya menatap,
membatin, "hidup memang begini,
berat, sia-sia, dan akhirnya mati."
Lalu aku pergi,
meninggalkan semut itu bersama takdirnya.

Namun saat kembali,
kulihat ia masih di sana—
kecil, rapuh, namun tak menyerah.
Sayapnya mungkin tak ada,
tapi tekadnya membuatku menunduk malu.

Saat itulah aku sadar,
bahwa kebenaran tak tunggal,
bahwa nasib tak selalu kelam di ujungnya.
Satu sisi berkata, “habis sudah,”
tapi sisi lain berbisik, “belum tentu.”

Lalu tanganku turun,
memberi jalan pada kehidupan kecil itu
untuk sekali lagi mencoba menang.

Dan aku,
lebih dari semut itu,
diselamatkan oleh pelajarannya.
Bahwa tak semua perjuangan sia-sia,
dan tak semua putusan
patut ditetapkan sekali pandang.

Posting Komentar untuk "Semut dan Dua Sisi Koin"