‘Selamat, Anda Telah Lulus.’ Tapi Lulus Menuju Apa?
Layar HP menyala. Notifikasi masuk. Dari grup kelas. Isinya:
“Selamat, teman-teman! Yudisiumnya udah keluar. KITA RESMI LULUS!”
Lalu muncul rentetan sticker WHATSAPP: berpelukan, nangis bahagia, hingga yang paling ikonik: tobat spongebob. Semua larut dalam euforia.
Tapi kamu diam. Lurus menatap langit-langit kamar kos yang catnya mulai ngelupas. Tiba-tiba, muncul suara dalam hati:
“Gue lulus. Tapi… lulus buat apa, ya?”
Selamat, kamu telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Bertahun-tahun kuliah, revisi skripsi yang lebih sering revisi hatimu, ditinggal dosen pembimbing yang katanya “sedang seminar internasional”—padahal update IG story di cafe, dan perjuangan ikut seminar-seminar demi sertifikat yang akhirnya cuma jadi folder PDF dikumpulin ibu.
Lulus itu katanya momen paling membahagiakan. Dan memang, sebagian merasa begitu. Tapi buat banyak orang, kelulusan justru jadi titik awal dari pertanyaan-pertanyaan paling menyebalkan dalam hidup.
“Sudah apply kerja berapa?”
“Setelah ini rencana apa?”
“Lanjut S2 atau nikah?”
Orang-orang nggak sadar, kadang pertanyaan mereka lebih menakutkan dari nilai D di KRS. Lebih menusuk dari nanyain “kok skripsimu belum kelar?” di tiap reuni buka puasa.
Setelah kelulusan, kamu kira hidupmu akan seperti sinetron: tamat bahagia, lalu muncul kredit title. Tapi kenyataannya, kamu justru dilempar ke dunia yang jauh lebih absurd.
Kamu buka LinkedIn, isinya:
“Kami mencari fresh graduate dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun dan bersedia ditempatkan di mana saja, termasuk multiverse.”
Kamu scroll TikTok, isinya tips melamar kerja, tips jadi konten kreator, tips jadi kaya sebelum umur 25, dan kamu mulai berpikir:
“Gue kuliah 4 tahun cuma buat jadi pengangguran stylish yang nunggu email balasan HRD?”
Tapi tenang, kamu nggak sendiri. Keresahan ini massal. Nasional. Bahkan mungkin global.
Lulus bukan berarti kamu langsung tahu tujuan hidup. Kadang justru kelulusan itu semacam dilepasin dari kandang, disuruh terbang, padahal kamu baru belajar jalan.
Masyarakat juga terlalu melebih-lebihkan kata “lulus”. Seolah-olah setelah toga melayang, hidup akan langsung stabil. Padahal ya… baru mulai aja belum. Yang datang malah tagihan BPJS, reminder cicilan KIP-K, dan ucapan random dari sepupu, “Kapan nyusul? Aku udah nikah loh!”
Jadi, sebenarnya, lulus itu bukan jawaban. Ia cuma pertanyaan lain yang dibungkus rapi dalam toga dan senyum palsu saat difoto di photobooth wisuda.
“Lulus menuju apa?”
Jawabannya bisa macam-macam:
-
Menuju kerja pertama yang gajinya nggak seberapa tapi bikin orang tua bangga.
-
Menuju masa eksplorasi, magang, jadi volunteer, atau bahkan istirahat sejenak.
-
Menuju quarter life crisis, mungkin. Tapi itu juga bagian dari proses.
Karena kadang hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang masih bisa tertawa meski jalannya tertatih.
Jadi, kalau hari ini kamu baru lulus dan masih bingung, nggak apa-apa. Santai aja. Yang penting tetap jalan. Dan jangan lupa, hidup ini bukan UTS yang harus dijawab semua. Kadang, kamu boleh skip dulu, asal jangan menyerah.
‘Selamat, Anda telah lulus.’
Tapi kalau hari ini belum tahu mau ke mana, nggak usah panik. Yang penting: kamu masih hidup, dan dunia belum kiamat.

Posting Komentar untuk "‘Selamat, Anda Telah Lulus.’ Tapi Lulus Menuju Apa?"