Healing: Kebutuhan Primer Gen Z yang Tak Masuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Oleh: Redaksi Bola Baca ta’
“Lagi healing, jangan diganggu,” tulis seorang teman di bio WhatsApp-nya. Sementara yang lain, update Instagram story: pemandangan laut, kopi di pinggir danau, dan wajah dengan caption “Reset dulu, capek jadi kuat terus.”
Di titik ini, healing sudah bukan sekadar aktivitas. Ia menjelma menjadi budaya. Bahkan, ada yang bilang: “Generasi sebelumnya menabung untuk rumah, Gen Z menabung untuk healing.”
Beban Hidup yang Tak Sesuai Umur
Mari kita jujur dulu. Banyak Gen Z yang belum cukup umur secara ekonomi, tapi sudah kenyang tekanan eksistensial. Belum selesai kuliah, sudah ditanya “mau jadi apa?”. Baru masuk kerja, digas terus soal target. Baru belajar investasi, sudah kena skema ponzi berkedok crypto. Sialnya, tiap buka TikTok isinya orang lain yang "sudah berhasil" di umur 22.
Itu belum termasuk tuntutan hidup yang multitasking: harus punya karier, harus punya skill tambahan, harus produktif, dan kalau bisa tetap glow-up.
Healing, akhirnya, jadi satu-satunya momen diam dari segala kebisingan itu.
Healing Sebagai Bentuk Protes Sunyi
Kenapa ke pantai? Kenapa ke gunung? Kenapa staycation di hotel dengan bathtub besar dan sarapan buffet?
Karena di sanalah Gen Z bisa diam tanpa ditanya “skripsi kapan selesai”, “kerja di mana”, atau “kapan nikah”. Di sanalah bisa jadi diri sendiri tanpa harus bersaing.
Dalam konteks ini, healing adalah bentuk perlawanan. Sebuah protes halus terhadap dunia yang terlalu cepat dan terlalu penuh tuntutan.
Kapitalisme Mengendus Peluang
Sayangnya, healing juga cepat diendus pasar. Hotel glamping, kopi botol aesthetic, hingga planner bertema mindfulness kini menjamur. Bahkan ada jasa travel khusus healing yang menjanjikan “perjalanan menyembuhkan luka batin”.
Kita yang niatnya ingin kabur dari rutinitas, malah dikasih rutinitas baru yang dibungkus healing. Ironi? Jelas. Tapi ya kita tetap pesan tiket juga.
Jadi, Healing Itu Salah?
Enggak. Healing itu perlu. Tapi jangan sampai kita menganggap hidup ini hanya bisa dijalani jika ada liburan. Karena pada dasarnya, yang perlu kita bangun bukan jadwal getaway, tapi keseimbangan antara dunia yang riuh dan jiwa yang tenang.
Healing itu bukan destinasi, tapi jeda. Dan kadang, jeda terbaik bukan di hotel bintang lima, tapi di kamar sendiri, dengan buku yang lama tertunda dibaca.
Jika kamu suka tulisan seperti ini, follow @bolabacata di Instagram dan baca artikel lainnya di bolabacata.my.id!
Beri tahu jika kamu ingin versi carousel Instagram untuk artikel ini.
.png)
Posting Komentar untuk "Healing: Kebutuhan Primer Gen Z yang Tak Masuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang"