Buku dan Sunyi: Pertemuan yang Menghidupkan
“Di antara ribuan halaman yang tak bersuara, kita menemukan kata-kata yang paling jujur.”
Sunyi sering dianggap sepi, namun dalam dunia buku, sunyi justru menjadi ruang paling ramai. Ramai oleh ide-ide, cerita, tokoh, dan percakapan diam-diam antara penulis dan pembacanya.
Ketika seseorang membuka halaman pertama sebuah buku, sebenarnya ia sedang membuka pintu menuju banyak dunia. Ada dunia masa lalu yang ditulis dengan tinta kenangan, ada dunia masa depan yang dibentuk oleh imajinasi, bahkan ada dunia batin yang diam-diam kita pahami lewat kata-kata.
Di Taman Bacaan Masyarakat seperti Bola Baca ta’, sunyi bukan berarti kosong. Di sana, suara anak-anak membaca nyaring bersahutan dengan desiran halaman yang dibalik. Mereka tak sedang diam. Mereka sedang belajar bicara lewat cerita.
Banyak yang mengira membaca hanyalah kegiatan akademik. Padahal, membaca juga soal rasa. Ada yang membaca untuk mencari makna hidup, ada pula yang membaca untuk menyembuhkan luka yang tak bisa diceritakan.
Ketika kamu duduk di ruang kecil bersama buku dan segelas teh hangat, sebenarnya kamu sedang bersama ribuan jiwa yang pernah merasa seperti kamu. Dan dari sanalah kekuatan itu muncul—dari sunyi yang kamu peluk saat membaca.
Maka, teruslah membaca. Karena dalam sunyi halaman-halaman itu, kamu tak pernah benar-benar sendiri.

Posting Komentar untuk "Buku dan Sunyi: Pertemuan yang Menghidupkan"