Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia: Mengurai Akar Masalah dan Mencari Solusi

Feodalisme, sebagai warisan sistem sosial-politik masa lalu, masih membayangi dunia pendidikan Indonesia. Dalam konteks ini, feodalisme tercermin melalui hierarki kaku antara guru dan murid, di mana otoritas guru dianggap mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Hal ini menciptakan budaya diam dan taklid buta di kalangan siswa, yang enggan mengemukakan pendapat atau mempertanyakan materi yang diajarkan.


Feodalisme dalam Praktik Pendidikan

Praktik feodalisme dalam pendidikan Indonesia terlihat dalam berbagai aspek:

  • Hierarki Kaku: Guru atau dosen sering kali dianggap sebagai otoritas absolut yang tidak boleh dipertanyakan. Hal ini menciptakan lingkungan di mana siswa enggan menyuarakan pendapat atau mempertanyakan ide-ide yang ada, karena takut dianggap tidak patuh atau mengganggu.

  • Kurikulum Berbasis Hafalan: Kurikulum yang terlalu padat dan berorientasi pada hafalan mendorong siswa untuk mengingat informasi tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini membatasi kemampuan siswa untuk berpikir kritis karena mereka tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mempertanyakan atau mengevaluasi apa yang dipelajari.

  • Budaya Konformitas: Di banyak sekolah, ada tekanan yang kuat untuk mengikuti norma-norma tertentu dan tidak menimbulkan gangguan atau konflik. Hal ini menciptakan lingkungan di mana siswa tidak berani menyuarakan pendapat atau mempertanyakan ide-ide yang ada, karena takut dianggap tidak patuh atau mengganggu.

Akibat dari feodalisme pendidikan ini yaitu siswa lebih cenderung menerima informasi tanpa pertimbangan kritis, yang pada gilirannya menghambat kemampuan mereka untuk menjadi warga negara yang aktif dan mandiri dalam masyarakat.


Dampak Negatif Feodalisme Pendidikan

Feodalisme dalam pendidikan memiliki dampak yang luas dan merugikan:

  • Menghambat Inovasi: Hierarki yang kaku dan budaya takut untuk memberikan masukan atau kritik kepada pemimpin menghambat inovasi. Padahal, negara maju membutuhkan ide-ide baru yang segar dan kreatif dari semua kalangan.

  • Ketimpangan Sosial: Dalam sistem feodal, akses terhadap pendidikan berkualitas sering kali terbatas pada kelompok elit. Hal ini menciptakan kesenjangan sosial yang besar dan menghambat pembangunan sumber daya manusia yang menjadi kunci negara maju .

  • Budaya Kekerasan: Feodalisme juga berkontribusi pada budaya kekerasan di lingkungan pendidikan. Menurut data OECD pada Peta Jalan Pendidikan Indonesia Tahun 2020-2035, siswa Indonesia mengalami tingkat kekerasan dan perundungan dua kali lipat dibandingkan negara lain, yaitu sebesar 41 persen. Dampak kekerasan tersebut menyebabkan siswa merasa sedih, takut, kehilangan motivasi untuk belajar atau membaca, bahkan kecenderungan membolos sekolah.


Mencari Solusi: Menuju Pendidikan yang Humanis dan Inklusif

Untuk mengatasi masalah feodalisme dalam pendidikan, diperlukan reformasi yang menyeluruh:

  • Mengubah Paradigma Pendidikan: Pendidikan harus berorientasi pada peserta didik (student-centered learning), di mana siswa didorong untuk aktif, kreatif, dan kritis dalam proses pembelajaran.

  • Meningkatkan Kompetensi Guru: Guru perlu dilatih untuk menjadi fasilitator yang mendorong diskusi dan pemikiran kritis, bukan sekadar penyampai informasi.

  • Mereformasi Kurikulum: Kurikulum harus dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas siswa, bukan hanya berfokus pada hafalan.

  • Membangun Budaya Sekolah yang Demokratis: Sekolah harus menjadi lingkungan yang menghargai perbedaan pendapat, mendorong partisipasi aktif siswa, dan menolak segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan sistem pendidikan Indonesia dapat terbebas dari belenggu feodalisme dan menjadi sarana untuk membebaskan pikiran serta mendorong kemajuan yang berkelanjutan bagi bangsa ini.

Posting Komentar untuk " Feodalisme dalam Sistem Pendidikan Indonesia: Mengurai Akar Masalah dan Mencari Solusi"